Jakarta| Produk minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan produk kayu dari Indonesia belum sepenuhnya dianggap sebagai produk yang ramah lingkungan. Dua jenis produk tersebut dituding sebagai penyebab makin meluasnya penggundulan hutan di Indonesia.Produk industri kayu dan kertas dari Indonesia menguasai sekitar 10% pasar di Uni Eropa. Demikian pula produk CPO dan turunannya sebagai produk impor terbesar ketiga di Uni Eropa.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Olof Skoog seusai acara The 3rd Convention of Euopean Studies di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Konsumen Uni Eropa sangat peduli pada produk yang ramah lingkungan terutama dari hasil hutan dan CPO.
Ia menambahkan bahwa Uni Eropa merupakan pasar utama bagi produksi hutan Indonesia dengan nilai ekspor rata-rata US$ 1,2 miliar/tahun dari industri kayu dan kertas. Uni Eropa menyerap 33% dari ekspor kayu Indonesia, sisanya diekspor ke Amerika dan Jepang.
Produk bidang kehutanan sudah dilakukan perjanjian kemitraan sukarela, namun untuk produk kelapa sawit belum ada perjanjian. Dia berharap pemerintah tetap mendorong para pengusaha untuk tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan. "Saat ini Uni Eropa, Australia dan Amerika memberi perhatian kepada Indonesia terutama berkaitan dengan kepentingan generasi mendatang dalam proses pengelolaan kekayaan sumber daya alam," ungkapnya.
Sementara itu Wakil Dubes Uni Eropa, Colin Crooks menambahkan produk kelapa sawit dari Indonesia menguasai sekitar 48% pangsa pasar di Uni Eropa. Dalam kurun waktu lima tahuan terakhir, jumlah ekspor CPO RI naik dua kali lipat. Namun Crooks tidak merinci persentase jumlah produk CPO yang berkategori tergolong bahan mentah atau barang yang sudah diolah.(Detik)
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Olof Skoog seusai acara The 3rd Convention of Euopean Studies di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Konsumen Uni Eropa sangat peduli pada produk yang ramah lingkungan terutama dari hasil hutan dan CPO.
Ia menambahkan bahwa Uni Eropa merupakan pasar utama bagi produksi hutan Indonesia dengan nilai ekspor rata-rata US$ 1,2 miliar/tahun dari industri kayu dan kertas. Uni Eropa menyerap 33% dari ekspor kayu Indonesia, sisanya diekspor ke Amerika dan Jepang.
Produk bidang kehutanan sudah dilakukan perjanjian kemitraan sukarela, namun untuk produk kelapa sawit belum ada perjanjian. Dia berharap pemerintah tetap mendorong para pengusaha untuk tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan. "Saat ini Uni Eropa, Australia dan Amerika memberi perhatian kepada Indonesia terutama berkaitan dengan kepentingan generasi mendatang dalam proses pengelolaan kekayaan sumber daya alam," ungkapnya.
Sementara itu Wakil Dubes Uni Eropa, Colin Crooks menambahkan produk kelapa sawit dari Indonesia menguasai sekitar 48% pangsa pasar di Uni Eropa. Dalam kurun waktu lima tahuan terakhir, jumlah ekspor CPO RI naik dua kali lipat. Namun Crooks tidak merinci persentase jumlah produk CPO yang berkategori tergolong bahan mentah atau barang yang sudah diolah.(Detik)


